Jadi Pengiring Wayang Ramayana, Jadi Rujukan di Kabupaten Badung

7 hours ago 2
ARTICLE AD BOX
MANGUPURA, NusaBali
Sanggar Seni Laras Manis asal Banjar Umahanyar, Desa Adat Tegal, Desa Darmasaba, Abiansemal, Badung akan menampilkan hasil rekonstruksi gamelan tua, yakni gamelan batel bergaya khas Badung di Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII (47) Tahun 2025.

Ketua Sanggar Seni Laras Manis I Made Gatra Astawa,34, menuturkan bahwa sanggar yang ia dirikan tahun 2018 silam dimandatkan menjadi Duta Kabupaten Badung dalam materi Utsawa (Parade) Rekonstruksi Gamelan Tua. Di antara gamelan tua yang ada, batel dipilih untuk dihidupkan kembali. Meski pemilihan gamelan batel ditentukan kurator Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, Gatra menjelaskan bahwa gamelan tua tersebut memiliki historis tersendiri bagi Banjar Umahanyar, Desa Adat Darmasaba. Di masa lalu, batel pernah menjadi alat musik utama pengiring panca yadnya. 

“Di masa lalu, semua banjar di Desa Adat Tegal itu memakai barungan batel untuk panca yadnya. Khusus di banjar kami, Umahanyar, batel masih digunakan sampai tahun 1990 sebelum akhirnya digantikan gong kebyar dan baleganjur,” beber Gatra kepada NusaBali.com ketika ditemui di latihan, Senin (19/5) petang. Di masa sekarang, gamelan batel hanya dipakai untuk pengiring pertunjukan tertentu seperti pengiring tarian barong landung, barong bangkal, dan wayang kulit baik sebagai ritual maupun hiburan. 

Nah, rekonstruksi gamelan batel yang diangkat Sanggar Laras Manis adalah batel pengiring Wayang Ramayana. Instrumen penyusun gamelan batel yang dipakai adalah sepasang kendang krumpungan, satu kecek, krenet, kajar, klentong, kempur, kemong, empat gender wayang, dan tiga buah suling. Barungan batel ini akan dimainkan selama satu jam di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali (Art Centre), Denpasar, Minggu (6/7) nanti. 

“Kami akan membawakan tiga gending selama satu jam tersebut yaitu tabuh pategak sekitar 15-20 menit, pamungkah berdurasi 30 menit, dan alas arum sekitar 15-20 menit,” imbuh Gatra yang juga jebolan SMKN 3 Sukawati (Kokar Bali) ini. Sementara itu, I Made Marta,81, maestro seni pertunjukan wayang khas Badung yang juga pembina Utsawa Rekonstruksi Gamelan Tua ini menuturkan, gamelan batel merujuk pada instrumen pengiring Wayang Ramayana. Memang dahulu batel adalah gamelan mainstream, namun secara spesifik merujuk ke hal tersebut. “Batel itu ya gamelan yang mengiringi pertunjukan Wayang Ramayana,” kata Marta yang juga pelestari pakem wayang kulit Bebadungan asal Banjar Purwakerta, Desa Adat Gerih, Desa/Kecamatan Abiansemal, Badung ini, Senin malam. 

Foto: I Made Marta,81, maestro seni pertunjukan wayang khas Badung. -RATNADI

Menurut Marta, ketika berbicara tentang wayang kulit tradisi khas Badung khususnya Wayang Ramayana yang bergaya Bebadungan, memiliki pakem yakni harus diiringi gamelan batel. Jika tidak demikian, sudah tidak bisa lagi disebut pertunjukan Wayang Ramayana. 

“Tidak menyalahkan yang memakai Semar Pegulingan, pakai gong (kebyar), pakai Semarandana. Itu boleh-boleh saja tetapi jangan bilang itu Wayang Ramayana karena itu termasuk wayang inovatif,” jelas Marta. Selain itu, gamelan batel khas Badung yang akan dibawakan Sanggar Laras Manis ini juga memiliki kekhasan pada urutan gending (lagu) yang dimainkan. Urutannya mengikuti struktur Wayang Ramayana Bebadungan yang dipopulerkan pedalangan Bongkasa, diikuti Sibang, Lambing, sampai Gerih. 

“Pertama tabuh pategak yang dimainkan sambil menunggu dalang masuk layar. Kemudian, ada pamungkah (pembuka), lanjut alas arum (pengenalan tokoh). Kalau waktu masih ada bisa lanjut ke panyacah (prolog),” tutur Marta. Selain mengikuti struktur Wayang Ramayana, gending yang ditampilkan juga merupakan komposisi dari tahun 1940-an yang dipelajari Marta dari ayahnya sejak usia SD. Kala itu, Marta dan sang ayah kerap menabuh iringan pertunjukan Dalang Ketut Lemuh asal Desa Adat Gerih, Abiansemal. 

Kini, gending gamelan batel untuk pengiring Wayang Ramayana yang diwarisi Marta ini menjadi rujukan di Kabupaten Badung. Dan, PKB XLVII tahun ini menjadi kesempatan mengenalkan ‘pakem’ tersebut kepada masyarakat umum, khususnya generasi belia seperti para penabuh yang diajak merekonstruksi gamelan batel ini. 7 ol1
Read Entire Article