Pena NTT Bali 2025–2028 Resmi Dilantik, Tegaskan Solidaritas dan Kepedulian Profesi

1 day ago 4
ARTICLE AD BOX
Ketua terpilih Pena NTT Bali, Agustinus Apollonaris Klasa Daton, dalam sambutannya menegaskan komitmen organisasi sebagai wadah persaudaraan, solidaritas, dan profesionalisme jurnalis asal NTT yang berkarya di Bali. Ia menyampaikan, hingga saat ini tercatat sebanyak 43 jurnalis tergabung dalam Pena NTT, tersebar di berbagai media lokal, nasional, hingga internasional.

“Pena NTT lahir dari momentum pergerakan pada 15 Juni 2015. Kami bergerak dengan visi dan misi Dari Bali untuk Indonesia, dan ke depan kami mengusung tiga tema besar: kebersamaan dan persaudaraan, sakit dan kedukaan, serta profesionalisme,” ujar jurnalis yang akrab disapa Polo ini.

Ia menekankan pentingnya rasa solidaritas di kalangan wartawan, terutama saat menghadapi kondisi sulit seperti sakit atau kehilangan. “Wartawan bisa terlihat gagah saat bertugas, tetapi saat sakit, mereka kerap sendirian menghadapi segalanya. Bahkan dalam kondisi duka, keluarga harus mengurus semuanya sendiri, mulai dari rumah sakit hingga pemakaman,” ujarnya.

Pena NTT, lanjut dia, hadir bukan hanya sebagai organisasi, tetapi juga rumah bagi anggotanya. Organisasi ini telah menjalin kerja sama dengan sejumlah rumah sakit di Bali, seperti RSUP Prof Ngoerah, RS Puri Raharja, dan RS Bhakti Rahayu, untuk membantu para jurnalis yang membutuhkan perawatan medis. “Kami ucapkan terima kasih kepada jajaran direksi rumah sakit yang selama ini memberi kemudahan dan keringanan. Tuhan yang membalas semua kebaikan itu,” tambahnya.

Di tengah tantangan industri media saat ini,  Polo juga menyoroti ancaman terhadap profesi jurnalis akibat perkembangan teknologi dan perubahan algoritma digital. Ia menyebut fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di sejumlah media nasional sebagai peringatan serius bagi keberlangsungan profesi ini.

“Dulu redaksi menjadi pelindung, sekarang jurnalis bertarung sendirian menghadapi algoritma yang berubah tiap menit. Pena tak lagi memberi rejeki seperti dulu, tetapi kami tetap percaya, jurnalis tidak pernah kehabisan akal untuk melayani,” ucapnya.

Ia menutup sambutannya dengan pesan solidaritas, bahwa di tengah tekanan dan ketidakpastian, jurnalis tetap harus saling menguatkan dan terus berlayar menyusun fakta dan narasi. “Perhimpunan ini adalah rumah bagi nurani, keberanian, dan solidaritas. Tempat kita saling menginspirasi bahkan saat jalan terasa sunyi,” tandas Polo.

Pelantikan ini juga dihadiri perwakilan Gubernur NTT, Kapolda Bali, Kajati Bali, Pangdam IX/Udayana, serta jajaran pimpinan organisasi jurnalis seperti PWI, AJI, IJTI, AMSI, SMSI, JMSI, dan Ukhuwah Jurnalis Bali.

Read Entire Article