Walter Spies dalam ROOTS, Kisah Seratus Tahun Pengaruhnya di Bali

6 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Walter Spies merupakan tokoh penting dalam sejarah seni dan pariwisata Bali. Ia tiba di Bali pada 1925 dan menetap hingga wafat dalam tragedi kapal selama pendudukan Jepang pada 1942. Semasa hidupnya, Spies dikenal bukan hanya sebagai pelukis, tetapi juga koreografer, fotografer, naturalis, desainer, hingga konsultan film.

Ia turut memperkenalkan dan membentuk citra Bali ke mata dunia internasional melalui karyanya yang artistik dan dokumentatif. Bersama seniman seperti Rudolf Bonnet, Tjokorda Gde Agung Sukawati, dan I Gusti Nyoman Lempad, Spies mendirikan kelompok seni Pitamaha yang menjadi cikal bakal modernisasi seni lukis Bali pada masa 1920–1930-an.

Tak hanya dalam seni rupa, Spies juga berkontribusi dalam dunia seni pertunjukan. Ia berkolaborasi dengan penari Bali Wayan Limbak menciptakan Tari Kecak yang menggabungkan unsur ritual Sanghyang dengan kisah Ramayana. Tari ini kemudian menjadi ikon pertunjukan wisata Bali hingga kini.

Pameran dan film dokumenter berjudul ROOTS digagas oleh penulis dan pembuat film asal Jerman, Michael Schindhelm. Ia memadukan perjalanan sejarah Walter Spies dengan kondisi Bali masa kini, khususnya isu-isu lingkungan, sosial budaya, dan pariwisata. Proyek ini digarap selama enam tahun bersama seniman-seniman lokal Bali, di antaranya I Wayan Dibia, Dewa Ayu Eka Putri, Made Bayak, Gus Dark, dan Agung Rai (Ketua Walter Spies Society Bali).

Film ROOTS menampilkan interpretasi kehidupan Walter Spies di Bali, sekaligus mempertanyakan dampak pariwisata terhadap masyarakat dan alam Bali saat ini. Narasi film diperkuat dengan kolaborasi seni pertunjukan dan karya visual yang menggambarkan ketegangan antara pelestarian budaya dan modernisasi yang masif.

“Bagi saya, kisah Walter Spies adalah pintu masuk untuk memahami warisan budaya bersama antara Barat dan Timur, serta dinamika perubahan ruang dan nilai di Bali,” ujar Schindhelm dalam keterangan tertulisnya.

Pemutaran film ROOTS akan digelar di beberapa lokasi, yaitu:
  • • Kulidan Kitchen and Space (21 Mei)
  • • Danes Art Veranda (22 Mei)
  • • ARMA Ubud (25 Mei dan 14 Juni)
  • • Taman Baca Kesiman (27 Mei)
  • • ISI Denpasar (28 Mei)
  • • STIKOM Bali (3 Juni)
  • • Uma Seminyak (8 Juni)

Selain pemutaran film, panitia juga menggelar kompetisi ulasan film bagi pelajar untuk mendorong literasi dan pemikiran kritis generasi muda terhadap isu budaya dan lingkungan.

Arsitek Popo Danes yang menjadi tuan rumah pemutaran di Danes Art Veranda menyambut positif inisiatif ini. “Film ini jadi pengingat bahwa semua yang terjadi di Bali saat ini adalah hasil dari proses panjang. Ini penting di tengah generasi yang cenderung melihat segala hal secara instan,” ujar Popo, Kamis (15/5/2025).

Pameran ROOTS menampilkan karya visual dari Made Bayak dan Gus Dark yang mengangkat tema krisis lingkungan, spiritualitas Bali, hingga sejarah kelam tragedi 1965–1966. Pameran berlangsung di ARMA Ubud sepanjang 21 Mei hingga 14 Juni 2025.

Read Entire Article