Calonarang ‘Pralina Naya Nreta’ Warnai Piodalan di Pura Desa Adat Sumerta

2 hours ago 2
ARTICLE AD BOX
Banjar Peken Sumerta Kaja, yang mendapat giliran ngemokokin piodalan tahun ini, menjadi penanggung jawab utama pergelaran. “Calonarang ini merupakan bagian dari rangkaian piodalan yang rutin digelar setiap tahun pada Umanis Purnama Kadasa, sebagai wujud napak pertiwi Ida Sesuhunan yang berstana di Pura Desa,” ujar Kelian Adat Banjar Peken Sumerta, I Made Sukarja.

Pura Desa Adat Sumerta sendiri diempon oleh tiga banjar: Banjar Peken (Kaja/Utara), Banjar Pande (tengah), dan Banjar Lebah (Kelod). Ketiga banjar ini bergiliran menyiapkan pergelaran Calonarang setiap tahunnya.

Persiapan untuk piodalan dan Calonarang telah dimulai sejak 1 September 2024, diawali dengan nuasen, rapat koordinasi antarbanjar pengempon, serta persiapan sarana-prasarana. Khusus latihan Calonarang, proses dimulai sejak November 2024—melibatkan pelatihan tari, tabuh, serta penyusunan teknis pertunjukan.

“Tantangan kami tidak sedikit. Di bulan Desember ada mecaru sasih kaenem, Maret bersamaan dengan Nyepi, Melasti, dan juga Idulfitri. Tapi semangat Yadnya kami tetap jalan,” ujar Sukarja.

Meskipun Banjar Peken menjadi pelaksana utama, dua banjar lainnya turut bergotong royong. “Ini jadi bukti kuatnya rasa kebersamaan. Hambatan bukan penghalang, tapi peluang untuk bersatu,” tambahnya.

Calonarang Bukan Sekadar Hiburan

Koordinator Wali Kesenian, Ketut Kartika, menjelaskan bahwa tema tahun ini, “Pralina Naya Nreta”, mengangkat transformasi karakter Cupak dari sifat buruk menuju jalan kebaikan. “Ini bukan sekadar pertunjukan. Calonarang punya nilai spiritual tinggi, menyatu dengan momentum piodalan,” tegasnya.

Pergelaran kali ini juga menghadirkan penampilan bintang tamu seperti Jro Apri (Cupak Payangan), Clekontong Mas, dan Komang Gases. Penari dan penabuh sebagian besar melibatkan siswa SMP dan SMA dari lingkungan banjar.

“Latihan dilakukan di tengah padatnya jadwal sekolah. Tapi kami bangga adik-adik tetap semangat dan bisa tampil maksimal,” ungkap Kartika.

Piodalan tahun ini dipuput oleh Ida Pandita dari Griya Tegal Jingga. Selain Calonarang, krama juga mempersiapkan piodalan dengan memasang wastra, lamak, sampian, hingga menyambut warga desa adat yang datang ngaturang bhakti.

Soal biaya, Sukarja menegaskan pihaknya tidak menjadikan pengeluaran sebagai tolok ukur. “Kami melandasi semua ini dengan niat tulus ikhlas. Jangan lihat dari sisi materi. Ini bentuk syukur dan bhakti kami kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.”

Ia juga berharap seni tradisi seperti Calonarang tetap lestari. “Pandemi sempat menghentikan pertunjukan ini. Tapi Astungkara sekarang kami bisa menggelar kembali. Semoga generasi muda tetap menjaga budaya warisan ini,” pungkasnya. *m03

Read Entire Article