ARTICLE AD BOX
Dalam sambutannya, Ketua UJB Muhammad Ridwan menjelaskan bahwa UJB merupakan komunitas jurnalis muslim di Bali yang kini memiliki 45 anggota. “Kami berharap acara ini mempererat persaudaraan, baik sebagai muslim maupun sebagai bangsa,” ujarnya. Ia juga mengapresiasi kehadiran Kajari Klungkung yang di hari sama mengumumkan penetapan kasus korupsi di lingkungan pendidikan di Kabupaten Klungkung.
LB Hamka dalam sambutan sekaligus tausiyahnya menyampaikan makna halal bihalal yang berasal dari bahasa Arab, merujuk pada kekeruhan atau kesalahan yang diteruraikan kembali untuk kembali suci. “Halal bihalal adalah tradisi khas Indonesia yang tidak dimiliki negara lain, menjadi budaya untuk memperkuat silaturahmi,” katanya.
Ia mengisahkan tiga versi sejarah halal bihalal, mulai dari era Mangkunegara I pada abad ke-18, pengaruh pedagang India di Solo pada 1930-an, hingga inisiatif KH Abdul Wahab Hasbullah pada 1948 yang diterima Presiden Soekarno untuk menyatukan berbagai elemen masyarakat di tengah pergolakan pasca-kemerdekaan.
Hamka juga menekankan pentingnya sinergi antara berbagai elemen masyarakat, yang ia ibaratkan sebagai lima jari tangan: TNI-Polri (ibu jari), pemerintah dan pengusaha (telunjuk), tokoh agama, masyarakat, dan pers (jari tengah), pemuda (jari manis), serta kaum perempuan (kelingking). “Jika bersatu, seperti sapu yang kuat, kita bisa menghancurkan tembok besar di depan,” ungkapnya.
Ia juga berbagi kisah tentang seorang pemuda pada zaman Nabi Ibrahim yang terselamatkan dari kematian karena bersedekah dan bersilaturahmi, menegaskan bahwa silaturahmi dan sedekah dapat memperpanjang umur dan meluaskan rezeki.
Acara turut diisi penyerahan santunan kepada 17 anak yatim dari Yayasan Al-Hikmah Denpasar, yang diserahkan secara simbolis oleh Kajari Klungkung bersama Muhammad Ridwan. Doa penutup dipimpin oleh Wakil Rois Syuriah PCNU Denpasar, KH Ainur Rofiq. “Saya terharu dengan respons positif dari jurnalis, anak-anak panti asuhan, dan PCNU. Semoga silaturahmi ini terus terjalin,” ujar Hamka, yang juga mengungkapkan pengalamannya sebagai mantan Ketua IPNU (Ikatan pelajar Nahdlatul Ulama) Kota Palu.
Acara ditutup dengan ramah tamah, diwarnai pantun dari Hamka: “Kalau ada sumur di ladang, bolehlah kita menumpang mandi. Kalau penjelasan saya kurang panjang, bolehlah saya diberikan kembali.”
Dalam acara penuh keakraban hadir pula Putu Ivan Yunatana, Direktur PT Bali Wasted Cycle (BWC) yang baru saja mengirimkan 28 ton Refuse-Derived Fuel (RDF) dari TOSS Center Klungkung ke PT Kemasan Ciptatama Sempurna (KCS) di Pasuruan, Jawa Timur.
“Teknologi yang dikembangkan di TOSS Center adalah untuk mengelola residu bukan sampah,” ujar Ivan yang juga Direktur PT. Cahaya Terang Bumi Lestari (CTBL).
Ivan menegaskan jika sampah adalah adalah sumber daya yang dapat memiliki nilai ekonomis dan menjadi bahan baku dalam proses produksi daur ulang. "Asalkan sampah tersebut terpilah antara organik dan anorganik. Dan akan menjadi residu bilamana tidak terpilah," ujar di hadapan hadirin.
Acara ini juga dihadiri oleh Ketua Komunitas Jurnalis Peduli Sampah, Apollo Daton serta mantan Ketua Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Bali, Umar Ibnu Alkhatab, menjadi wujud nyata sinergi antara penegak hukum, media, stakeholders, dan masyarakat, sekaligus memperkuat nilai-nilai kebersamaan dalam semangat halal bihalal.