Kalah Saing, Banyak Toko Ritel Tutup

3 days ago 2
ARTICLE AD BOX
JAKARTA, NusaBali
Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menyebutkan tingginya biaya operasional dan ketidakmampuan bersaing dengan peritel yang memiliki skala bisnis lebih besar disinyalir menjadi salah satu penyebab sejumlah toko ritel, terutama di wilayah perkotaan, terpaksa menutup gerainya.

"Karena satu, mungkin costing-nya besar. Misalnya tokonya cuma 10. Tidak bisa bersaing dengan yang tokonya banyak," kata Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah ditemui di Jakarta, Selasa (6/5) seperti dilansir Antara.

Selain itu, Budihardjo menyebutkan pergeseran preferensi konsumen ke platform online juga menjadi tantangan tersendiri bagi peritel konvensional.

Meskipun demikian, dia menekankan bahwa keberadaan toko offline tetap relevan dan para pemain ritel konvensional kini juga aktif merambah ke ranah online.

Kendati begitu, Budihardjo menilai prospek industri ritel di Indonesia akan tetap tumbuh positif di tengah maraknya toko ritel yang berguguran.

Besarnya populasi Indonesia, yang mencapai sekitar 270 juta jiwa, menurutnya menjadi pasar domestik yang sangat potensial. Selain itu, peluang ekspor juga menjadi angin segar bagi pertumbuhan industri ini.

Adapun proyeksi pertumbuhan ritel di Indonesia menurutnya bervariasi tergantung segmennya.

Untuk segmen personal care, pertumbuhan bahkan bisa mencapai 10 persen dengan kontribusi terbesar dari penjualan online. Sementara itu, segmen minimarket diperkirakan tumbuh sekitar 8-9 persen.

Apa tanggapan Kemendag? Kementerian Perdagangan (Kemendag) berjanji akan melakukan evaluasi dan harmonisasi regulasi terhadap aturan distribusi barang secara konvensional dan perdagangan melalui sistem elektronik (PSME) sebagai upaya mitigasi jatuhnya beberapa usaha ritel di Indonesia.

Direktur Bina Usaha Perdagangan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Septo Soepriyatno mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan beberapa langkah strategis untuk merespon tutupnya dan berkurangnya gerai ritel besar.

"Dalam waktu dekat ini, kami tengah berupaya untuk melakukan beberapa langkah strategis, yakni evaluasi dan harmonisasi regulasi terkait distribusi barang secara konvensional dan perdagangan melalui sistem elektronik," ujar Septo di Jakarta, Rabu.

Kemendag juga akan melakukan penguatan kolaborasi antara pemerintah dan asosiasi peritel nasional.  Menurut Septo, Kemendag secara berkala untuk membahas peluang dan tantangan bisnis ritel saat ini bersama pelaku usaha ritel.

Lebih lanjut, kata Septo, Kemendag akan memfasilitasi dan memberikan pendampingan berbasis data kepada para pelaku usaha ritel agar lebih siap beradaptasi pada ekosistem digital yang berkembang pesat.

Sejumlah toko ritel, terutama gerai-gerai besar dan modern, telah menutup atau mengurangi jumlah gerainya di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Beberapa peritel besar yang menutup gerainya antara lain Giant, Matahari Department Store, dan Alfamart. 7 ant
Read Entire Article