Pengembangan Bawang Merah Organik Potensial di Jembrana

10 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Hal tersebut tampak saat pelaksanaan panen perdana bawang merah organik di Subak Telepus, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Senin (10/3). Hadir pada panen tersebut, Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan didampingi Ny Ani Setiawati beserta Wabup Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna alias Ipat didampingi Ny Inda Swari Dewi, anggota DPRD Jembrana, owner PT Dasa Vayu Alam Sari beserta para investor, Kelompok Wanita Tani (KTW) serta petani setempat.

Usai panen, Bupati Kembang menyebut bahwa potensi alam Jembrana sangat luar biasa. Hal ini bisa dilihat dari suksesnya panen perdana bawang organik ini. “Artinya potensi kita itu ada. Tinggal bagaimana ke depan kita kembangkan. Dari sini kita bisa melihat bawang merah organik bisa dikembangkan di Jembrana. Mudah-mudahan para petani bisa termotivasi atas capaian hari ini,” ucapnya.

Bupati Kembang menyatakan, dengan produksi bawang organik ini juga bagian dari upaya mengendalikan inflasi. Khususnya harga kebutuhan pokok di Jembrana menjelang hari raya. “Saya kira harga bawang akan normal di Kabupaten Jembrana. Terima kasih kepada PT Dasa Vayu Alam Sari yang sudah memberikan motivasi kepada masyarakat di Jembrana. Ini luar biasa,” kata Bupati Kembang.

Owner PT Dasa Vayu Alam Sari Budi S Prasetyo mengatakan, program pengembangan bawang organik ini sudah didiskusikan sejak awal bersama Bupati dan Wakil Bupati Jembrana setelah ditetapkan sebagai pemenang pilkada lalu. “Mungkin ada yang berpikir, kan pak bupati dan pak wabup baru dilantik bulan lalu, kok sekarang sudah panen, ajaib sekali. Ini tidak ajaib, melainkan sudah didiskusikan sejak lama. Beliau sangat mendukung agrobisnis terutama pertanian organik. Jadi ini bukan instan, bukan pencitraan tetapi program yang sudah dicanangkan sejak tahun kemarin,” ucapnya.

Budi menambahkan, tantangan awal yang dihadapi dalam pengembangan bawang merah organik ini, yakni pengolahan lahan dari lahan tidur dan sebelumnya menggunakan pupuk kimia untuk beralih 100 persen organik. “Jadi sama sekali kita tidak menggunakan bahan kimia, pestisidanya juga dari bahan organik. Desember (2024) kita olah lahan, Januari mulai menanam. Kita tahu masa perkembangan bawang merah itu 60 hari, jadi sangat masuk akal kita lakukan panen hari ini,” tambahnya.

Budi menuturkan, pada siklus pertama ini, jika diskalakan bawang organik dengan proses yang baru mengawali ini sudah mampu menghasilkan 16,6 ton per hektare. “Harapannya nanti pada siklus kedua, setelah kita lakukan perbaikan tanah, terus kemudian pupuk organik yang mengandung mikroba berjalan baik, tanahnya semakin baik produktivitasnya bisa menyentuh angka 20 ton,” tandas Budi.

Dari segi harga, Budi menyampaikan bawang organik di pasaran berkisar Rp 35 ribu sampai Rp 40 ribu per kilogram. “Namun jika kita jual di sini, on-site (jual di tempat), harganya mungkin Rp 20.000 sampai Rp 25.000 per kilonya. Jadi jika kita panen 16,6 ton pada 1 hektare lahan dikalikan dengan Rp 20 ribu itu hasilnya sudah Rp 320 juta. Untuk itu, saya mengajak petani untuk mengembangkan pertanian hortikultura khususnya bawang merah organik,” kata Budi. @ ode
Read Entire Article