Semara Langonjali Meriahkan Festival Semarapura VII

3 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
SEMARAPURA, NusaBali
Festival Semarapura VII dibuka secara resmi di kawasan Catuspata Semarapura, Klungkung, Senin (28/4). Pembukaan festival dimeriahkan dengan pementasan fragmen budaya bertajuk Semara Langonjali. Mengangkat keberagaman seni dan tradisi khas Kabupaten Klungkung. Pementasan ini menjadi bunga rampai budaya yang dirangkai secara artistik, saling menguntai dalam satu gelar pentas artifisial yang menyatukan taksu dan bermuara di titik nol altar Catuspata Semarapura.

Fragmen Semara Langonjali menampilkan beragam kesenian yang masih tumbuh dan hidup di tengah masyarakat Klungkung. Di antaranya, Barongsai dan Naga, Barong Nong-nong Kling, Tradisi Dewa Maseraman, Tari Baris Jangkang, Tari Cak, Tari Sanghyang Jaran, hingga Tari Barong dan Rangda. Semuanya dikemas menjadi satu kesatuan pertunjukan. Pementasan spektakuler ini digarap oleh Sanggar Kayonan Klungkung dengan penata ide, filosofi, dan perancang pentas oleh I Dewa Gede Alit Saputra. 

Karya ini mendapat dukungan dari sejumlah komunitas seni dan sekaa di Klungkung, antara lain Komunitas Seni Desa Akah, Sekaa Nong-nong Kling Desa Aan, Perkumpulan Barongsai Naga Hijau Vihara Dharma Ratna Klungkung, STT Kertha Mandala Kemoning, dan Komunitas Sekuni (Seniman Klungkung Berani). Barongsai dan Naga yang membuka pertunjukan, menjadi simbol pembawa keberuntungan. Tari tradisional Tiongkok ini telah beradaptasi menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak abad ke-17. Kini, Barongsai kerap tampil secara kolaboratif maupun berdiri sendiri dalam berbagai festival, termasuk di Klungkung yang memiliki komunitas Tionghoa cukup aktif.

Dilanjutkan dengan Barong Nong-nong Kling dari Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan. Kesenian ini merupakan pengembangan dari cerita Ramayana dikemas dalam wayang orang. Penari mengenakan topeng berwujud tokoh Kumbakarna, kera, dan punakawan. Iringan gamelannya menggunakan batel keklenangan yang berbunyi nong-nong kling, sesuai dengan nama kesenian ini. Selain sarat nilai estetika, kesenian ini juga dipercaya sebagai penolak bala dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada Tahun 2021.

Sorotan lain dari pentas ini adalah tradisi Dewa Maseraman. Tradisi sakral ini berasal dari Banjar Timbrah, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan. Dalam pementasannya, jempana atau joli tempat berstana para dewa diarak menuju mata air suci, lalu ditabrakkan satu sama lain. Aksi ini melambangkan para dewa yang bersuka cita setelah bertemu dalam satu upacara, sebab sebelumnya berstana di tempat berbeda. Tradisi ini juga telah terdokumentasi sebagai Warisan Budaya Tak Benda sejak Tahun 2021.

Tari Baris Jangkang dari Desa Pelilit, Kecamatan Nusa Penida juga tampil dalam fragmen ini. Tarian ini tergolong tari baris upacara yang sangat tua dan biasanya ditarikan sebagai bagian dari persembahan atau bayar kaul. Gerakannya terinspirasi dari gerakan alang-alang yang tertiup angin, menciptakan dinamika khas yang dikenal dengan sebutan jengkang-jengking atau menyorong ke kiri dan kanan.

Masuk ke pertunjukan teatrikal yang lebih ritmis, tampil Tari Cak yang menggunakan suara vokal para penarinya sebagai iringan utama. Tarian ini mengisahkan pasukan kera dari epos Ramayana dan biasa menyertakan tokoh seperti Rama, Sita, Laksamana, dan Rahwana. Namun dalam pentas Semara Langonjali, Tari Cak difungsikan sebagai pengiring untuk Tari Sanghyang Jaran, menciptakan kolaborasi mistikal yang memukau.

Tari Sanghyang Jaran merupakan ritual penolak bala yang dilakukan dengan media bara api dari sabut kelapa. Dalam kondisi trance, penari akan menari di atas bara api tersebut. Keadaan trans ini tercipta setelah gending Sanghyang dinyanyikan oleh para penabuh dan pengiring secara khidmat. Sebagai penutup, tampil pertarungan klasik Tari Barong dan Rangda yang merupakan gambaran tentang keseimbangan konsep Rwa Bhineda. Pertunjukan diakhiri dengan adegan ngunying ngurek.

Kadis Pariwisata Klungkung Ni Made Sulistiawati mengatakan, pementasan ini digelar serangkaian pembukan Festival Semarapura VII dengan menampilkan beragam kegiatan seni, budaya, dan pameran UMKM. “Total seniman yang terlibat selama festival ini sebanyak 2.100 orang,” ungkap Sulistiawati. 7 wan
Read Entire Article