ARTICLE AD BOX
Dengan dukungan berbagai pihak, termasuk akses kawasan yang difasilitasi oleh PT BTID (Bali Turtle Island Development) selaku pengelola KEK Kura Kura Bali, tahun ini sebanyak 54 anak dari kategori Under-12 pria juga Under-18 pria dan wanita —mayoritas berasal dari Desa Serangan dan daerah lain di Bali—menunjukkan kemampuan terbaik mereka berselancar.
Istilah “grom”—yang berasal dari Australia dan kini digunakan secara global—merujuk pada remaja peselancar yang sedang menekuni olahraga ini dengan semangat tinggi. “Grom” mencerminkan semangat pantang menyerah, rasa ingin tahu, dan dedikasi sejak usia dini dalam menghadapi tantangan ombak.
Ajang ini bukan sekadar kompetisi, tetapi juga bagian dari perjalanan panjang SBR dalam membina generasi baru peselancar Bali. Selama bertahun-tahun, komunitas ini menjadi ruang tumbuh bagi anak-anak berbakat meniti karier selancar sejak usia dini.
Dengan kerja keras dan semangat kebersamaan, SBR telah konsisten menciptakan ekosistem pembinaan yang sehat dan mendukung. “Kami bukan hanya bikin kontes, tapi merawat mimpi. Anak-anak ini adalah masa depan surfing Bali dan Indonesia,” ujar I Wayan Mudira Jaya, Penanggung Jawab Kontes dan salah satu tokoh utama komunitas SBR.
“Kami berterima kasih kepada BTID karena sudah membantu dalam kelancaran acara dan mempermudah mobilisasi para peserta. Ini membuktikan bahwa kerja sama antara komunitas dan pengelola kawasan itu berjalan baik,” tambahnya.
Salah satu kisah yang menyentuh datang dari Dharma Wisesa, peselancar Under-12 yang berhasil menyabet gelar juara meski hanya sempat berlatih selama tiga jam sehari sebelumnya.

Foto: Peselancar remaja internasional, Matsui Yuki yang tinggal di Desa Serangan, beraksi menaklukan ombak di lepas pantai Serangan dalam laga Grom Challenge pada Sabtu, 5 April 2025. -IST
“Senang banget bisa menang. Ombaknya bagus, tempatnya seru, dan ramai yang dukung,” katanya penuh antusias. Selain Dharma Wisesa, hadir pula peselancar perempuan berusia 10 tahun asal Australia yang meraih peringkat kedua perempuan dalam kategori Under-18. Hal ini menjadi bukti betapa luas dan inklusif jangkauan pembinaan komunitas ini.
Tak hanya teknik, mereka belajar disiplin, sportivitas, dan bagaimana menjadi bagian dari ekosistem yang lebih besar. Jro Bendesa Adat Serangan, I Nyoman Gede Pariatha, turut menyampaikan apresiasi dan harapannya, “Kegiatan seperti ini sangat positif dan perlu terus dilanjutkan. Semoga semakin banyak anak-anak Serangan yang bisa mengasah kemampuannya, bahkan sampai ke tingkat internasional. Dukungan dari berbagai pihak sangat kami hargai, termasuk akses yang diberikan BTID untuk kelancaran acara ini.”
Tak hanya diramaikan oleh para atlet dan keluarga, Grom Challenge tahun ini juga menunjukkan peningkatan dalam profesionalitas pelaksanaan, mulai dari pengelolaan acara, kebersihan area, hingga keselamatan peserta.
Hal ini tak lepas dari sinergi antara komunitas dengan berbagai mitra, termasuk dukungan dari PT Bali Turtle Island Development (BTID), selaku pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, yang memberikan akses masuk melalui kawasan KEK tentunya dengan sistem pengaturan yang tepat demi kelancaran acara dan keamanan anak-anak melihat saat ini masih terdapat proses pembangunan di dalam kawasan.
“Ini adalah kegiatan kesekian yang kami dukung bersama Serangan Board Riders, dan yang paling menyentuh adalah melihat semangat anak-anak hari ini. Pantai Serangan punya ombak level kompetisi internasional, tapi yang lebih luar biasa adalah para anak muda dan komunitasnya,” ujar Zakki Hakim, Kepala Komunikasi BTID, yang memberikan apresiasi di akhir acara.
Momen ini juga menjadi pengingat akan keberhasilan komunitas ini dalam melahirkan peselancar berbakat yang telah tampil di level internasional, seperti I Made Pajar Ariyana, atau akrab disapa Pajar. Pemuda asal Desa Serangan kelahiran tahun 2005 ini telah mengharumkan nama Indonesia di berbagai ajang dunia, termasuk Asian Surfing Championship di Maladewa, WSL Manokwari Pro QS 1000 di Papua Barat, serta Kejuaraan Dunia Junior WSL di La Union, Filipina. Pajar, yang mulai berselancar sejak usia enam tahun di pantai ini, adalah bukti nyata bahwa Serangan Board Riders berhasil menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuhnya peselancar kelas dunia.
Dengan sinergi antara komunitas dan pihak pengelola kawasan, Serangan sekali lagi membuktikan bahwa ombak tak hanya bisa menciptakan gelombang di laut, tapi juga membawa harapan dan cita-cita tinggi dari Desa Serangan untuk dunia.*